Selasa, 08 Juli 2014

My SHS's Stories Part II

                 Dengan penuh perjuangan akhirnya bisa lolos jadi anak kelas XI IPA. Bukan hal mudah masuk IPA di Stero begitu juga saat berada di dalam kelas itu. Kelas yang isinya juara-juara kelas dari kelas 10 itu terlihat sedikit menyeramkan. Asing sekali rasanya pertama kali masuk dikelas anak-anak pintar ini. Aku lebih banyak bergeng dan hanya main dengan orang yang itu-itu saja. Segan rasanya bermain dengan anak-anak yang kemampuan otaknya jauh diatas kemampuan otakku. Tidak sedikit nilai remedi yang didapatkan. Semangat belajarpun menurun kalau dibandingkan dengan sewaktu kelas 10. Entahlah mengapa padahal nilai juga semakin jeblok tetapi tetap tak punya semangat untuk memperbaikinya.
            Di kelas XI banyak sekali pengalaman baru. Masuk dalam ekskul orkestra misalnya. Suatu kebanggaan tersendiri aku bisa bermain biola dalam kelompok besar untuk melayani misa di gereja, tampil dalam acara-acara sekolah maupun acara-acara diluar sekolah. Aku menjadi lebih mengenal dunia diluar lingkungan asrama dan sekolah. Berawal dari kelompok orkestra besar aku patut berbangga karena aku terpilih untuk masuk dalam kelompok mini orkestra. Tentu saja mini orkestra ini jauh lebih padat dan jauh lebih banyak jadwal manggungnya *eaaak*.
            Di kelas XI juga dapat pengalaman berbagi dengan anak-anak tunagrahita di Pakem. Pengalaman live-in yang unforgettable! Singkat memang, cuma 3 hari tapi begitu mengesankan saat bisa hidup tanpa HP, berbagi kebahagiaan dengan orang-orang yang memiliki keterbatasan, mengantar mereka sekolah, menemani mereka bermain, merasakan juga kesedihan yang mereka alami membuatku belajar bahwa hidupku jauh sangat beruntung jika dibandingkan dengan mereka yang bahkan sejak kecil telah memiliki keterbatasan dan dibuang oleh orangtua mereka tapi tetap punya semangat untuk sekolah, untuk bermain, untuk tersenyum dan tertawa, dan tidak jatuh dalam keterpurukan.
            Ada juga pengalaman sewaktu Praktek Kerja Lapangan di Samigaluh. Mulai dari terjun ke kali untuk ngukur kecepatan aliran air, nyari arah angin, mandi di sungai karena air dipenginapan mati, tidur cuma beralas tikar kayak sate mau di bakar, naik turun gunung, mencakok pohon mangga, ngukur PH tanah, panen durian, menanam jahe, bertemu dengan tai kambing dalam pembuatan kompos, panen salak, panen rambutan, sampai bakar jagung bersama didepan penginapan. What an amazing unforgettable moment ever deh.
            Ulang tahun ke-16 juga bakal sulit terlupakan. Secara aku dapat kue yang besar banget dan boneka monyet warna pink dari unit baruku. Unit St. Regina. Unit paling berantakan, paling heboh, paling berisik, paling aneh, tapi jadi unit terbaikku. Unit yang dulunya bekas kamar suster itu cuma punya satu kamar mandi dalam dan tanpa balkon tapi berisi 8 orang yang salah satunya adalah ketua asrama. Aku yang terpilih menjadi ketua unit sering banget merasa gagal dan lelah menghandel unit yang super berantakan itu. Tiap hari aku dipanggil suster cuma untuk diperingatkan betapa seperti kapal pecah unitku ini. Tapi tetap saja terlalu banyak cerita terukhir diunit ini, mulai dari saat paling membahagiakan, saat paling biasa-biasa saja, saat paling menjengkelkan, sampai saat paling mengharubirupun terjadi diunit ini.
            Waktu kelas XI aku dipilih untuk jadi anggota majalah sekolah. Tidak pernah terpikirkan dan tidak pernah berharap tapi entahlah dari mana dilihatnya aku dipilih untuk itu. Juga terpilih menjadi perwakilan sekolah untuk menulis artikel tentang pohon yang ditanam disekolah untuk setiap bulannya di kirimkan ke Kompas. Aku hanya mengiyakan semua tawaran itu untuk menambah pengalamanku saja.
            Oh ya, dikelas XI juga masa-masanya latihan pagelaran untuk pengambilan nilai praktek kesenian saat kelas XII. Saat itu aku terpilih untuk menjadi narator. Lagi dan lagi. Hampir di setiap drama aku selalu kebagian tugas jadi narator entahlah apa karena aku terlalu jelek untuk berakting atau terlalu bagus dalam bernarasi haha.
            Terlalu banyak pengalaman baru yang pastinya sangat susah terlupakan terjadi dimasa-masa kelas XI. Mulai merasakan betah diasrama, bangga karena tiap hari dipanggil kakak, dan disapa pagi, siang, malam. Tidak munafik kok, itu menjadi kesenangan tersendiri sebagai kakak kelas haha. Kelihatannya memang terkesan senioritas, tapi sebenarnya itu lebih mengajarkan bagaimana kita menghargai dan menghormati orang yang lebih tua dari kita.
            Entahlah, awalnya aku sedikit ragu aku bisa naik ke kelas XII. Melihat nilaiku (mapel IPA terutama) yang amat sangatlah jelek membuatku sedikit pesimis apalagi ditambah dengan begitu banyaknya kegiatan diluar yang sedikit banyak telah menyita waktu belajarku apalagi begitu besarnya kemalasan yang tertanam dalam diriku ini. Tapi pada akhirnya aku harus bersyukur karena diizinkan naik ke kelas XII dengan nilai yang lumayan walau tidak sebagus kelas X.

To be continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar