Dengan penuh perjuangan akhirnya bisa
lolos jadi anak kelas XI IPA. Bukan hal mudah masuk IPA di Stero begitu juga
saat berada di dalam kelas itu. Kelas yang isinya juara-juara kelas dari kelas
10 itu terlihat sedikit menyeramkan. Asing sekali rasanya pertama kali masuk
dikelas anak-anak pintar ini. Aku lebih banyak bergeng dan hanya main dengan
orang yang itu-itu saja. Segan rasanya bermain dengan anak-anak yang kemampuan
otaknya jauh diatas kemampuan otakku. Tidak sedikit nilai remedi yang
didapatkan. Semangat belajarpun menurun kalau dibandingkan dengan sewaktu kelas
10. Entahlah mengapa padahal nilai juga semakin jeblok tetapi tetap tak punya
semangat untuk memperbaikinya.
Di kelas XI
banyak sekali pengalaman baru. Masuk dalam ekskul orkestra misalnya. Suatu kebanggaan
tersendiri aku bisa bermain biola dalam kelompok besar untuk melayani misa di
gereja, tampil dalam acara-acara sekolah maupun acara-acara diluar sekolah. Aku
menjadi lebih mengenal dunia diluar lingkungan asrama dan sekolah. Berawal dari
kelompok orkestra besar aku patut berbangga karena aku terpilih untuk masuk
dalam kelompok mini orkestra. Tentu saja mini orkestra ini jauh lebih padat dan
jauh lebih banyak jadwal manggungnya *eaaak*.

Ulang tahun
ke-16 juga bakal sulit terlupakan. Secara aku dapat kue yang besar banget dan
boneka monyet warna pink dari unit baruku. Unit St. Regina. Unit paling
berantakan, paling heboh, paling berisik, paling aneh, tapi jadi unit
terbaikku. Unit yang dulunya bekas kamar suster itu cuma punya satu kamar mandi
dalam dan tanpa balkon tapi berisi 8 orang yang salah satunya adalah ketua
asrama. Aku yang terpilih menjadi ketua unit sering banget merasa gagal dan
lelah menghandel unit yang super berantakan itu. Tiap hari aku dipanggil suster
cuma untuk diperingatkan betapa seperti kapal pecah unitku ini. Tapi tetap saja
terlalu banyak cerita terukhir diunit ini, mulai dari saat paling
membahagiakan, saat paling biasa-biasa saja, saat paling menjengkelkan, sampai
saat paling mengharubirupun terjadi diunit ini.
Waktu kelas
XI aku dipilih untuk jadi anggota majalah sekolah. Tidak pernah terpikirkan dan
tidak pernah berharap tapi entahlah dari mana dilihatnya aku dipilih untuk itu.
Juga terpilih menjadi perwakilan sekolah untuk menulis artikel tentang pohon
yang ditanam disekolah untuk setiap bulannya di kirimkan ke Kompas. Aku hanya
mengiyakan semua tawaran itu untuk menambah pengalamanku saja.
Oh ya,
dikelas XI juga masa-masanya latihan pagelaran untuk pengambilan nilai praktek
kesenian saat kelas XII. Saat itu aku terpilih untuk menjadi narator. Lagi dan
lagi. Hampir di setiap drama aku selalu kebagian tugas jadi narator entahlah
apa karena aku terlalu jelek untuk berakting atau terlalu bagus dalam bernarasi
haha.
Terlalu banyak
pengalaman baru yang pastinya sangat susah terlupakan terjadi dimasa-masa kelas
XI. Mulai merasakan betah diasrama, bangga karena tiap hari dipanggil kakak,
dan disapa pagi, siang, malam. Tidak munafik kok, itu menjadi kesenangan
tersendiri sebagai kakak kelas haha. Kelihatannya memang terkesan senioritas,
tapi sebenarnya itu lebih mengajarkan bagaimana kita menghargai dan menghormati
orang yang lebih tua dari kita.
Entahlah,
awalnya aku sedikit ragu aku bisa naik ke kelas XII. Melihat nilaiku (mapel IPA
terutama) yang amat sangatlah jelek membuatku sedikit pesimis apalagi ditambah
dengan begitu banyaknya kegiatan diluar yang sedikit banyak telah menyita waktu
belajarku apalagi begitu besarnya kemalasan yang tertanam dalam diriku ini. Tapi
pada akhirnya aku harus bersyukur karena diizinkan naik ke kelas XII dengan
nilai yang lumayan walau tidak sebagus kelas X.
To be continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar