Ahh tidak
terasa sudah 3 tahun berlalu sejak aku pertama kali masuk sebagai murid SMA.
Tidak pernah terbayangkan sebelumnya aku bisa tahan selama 3 tahun sekolah jauh
dari orangtua, masuk asrama, dan masuk di sekolah dengan isi segender semua.
Ya, SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.
Awal aku
dinyatakan lolos sebagai calon siswi baru SMA Stella Duce 2 Yogyakarta adalah
saat yang paling membahagiakan dalam hidupku. Aku berpikir bahwa aku akan
tinggal jauh dari orangtua di sebuah kota besar di pulau Jawa, hidup bebas,
bisa jalan-jalan sepuasnya tanpa izin orangtua, bisa ketemu orang-orang baru,
bisa ketemu artis, bisa nonton bioskop, dalam pemikiranku adalah aku bisa bebas
bebas dan bebas. Sedih juga awalnya saat berpelukan berpisah dengan mama
dibandara saat aku akan terbang menuju Yogyakarta dari kota masa kecilku,
Jayapura. Aku ke Jogja diantar papa.
Awal masuk asrama dalam pikiranku
‘inilah rumah baruku’. Aku lalu diantar suster menuju unit baruku. Unit
pertamaku, unit St. Elisabeth. Semuanya terasa asing, kamar dengan luas sekitar
3x6 dengan 4 tempat tidur tingkat, 4 lemari besar 5 pintu, dan 1 balkon dengan
gantungan handuk dibelakang. Aihh kamar yang sangat jauh dari kamar mandi.
Dalam pikiranku saat itu, bagaimana jika aku kebelet pipis tengah malam haha. Malam
pertama diunit baru aku berkenalan dengan 3 teman baruku sesama kelas 10. Malam
itu kami bertiga mengobrol sampai larut malam sampai kami 3 kali ditegur oleh
kakak kelas yang saat itu aku tidak tau dia itu sebenarnya siapa.
Hari pertama masuk sekolah sebagai calon siswi SMA Stero, masih berpakaian biru-putih ala SMP tapi dengan sepatu baru berwarna putih. Seminggu mengalami masa orientasi peserta didik baru (MOPDIK) yang penuh duka. Kami harus membuat name tag dengan lambang tarakanita yang dibuat dengan kain percis warna biru muda-biru tua-kuning dengan ukuran yang sudah ditentukan dengan teka-teki dan setiap harinya begitu diperiksa lalu disuruh buat ulang lagi oleh kakak OSIS, aku mengulang name tag itu sampai 3 kali, lalu disuruh mencari tanda tangan kakak kelas 11 dan kakak kelas 12, lalu yang paling menarik adalah mengikuti outbond. Kami harus berjuang dalam kelompok, mengutamakan kekompakan dalam menyelesaikan permainan-permainan yang disediakan, yang paling menarik adalah harus merayap melewati lumpur yang dipenuhi oleh belut. Rangkaian MOPDIK selama seminggu itu lalu ditutup dengan makrab disekolah. Sungguh seminggu yang penuh dengan duka dan pengalaman baru haha. Tapi ternyata hari-hari kekelaman boleh saja berakhir di sekolah, tapi tidak di asrama. Masih ada lagi 3 hari masa orientasi asrama (MOA). Dengan rambut yang diikat sejumlah tanggal lahir, kami harus berjuang mencari minimal 60 tandatangan kakak kelas baik kakak kelas 11 maupun kelas 12. Banyak hal-hal aneh yang disuruh oleh kakak-kakak kelas dan mau tidak mau kami harus melakukan hal itu untuk mendapatkan tanda tangan mereka, seperti menyanyi lagu dangdut sambil menari, menghitung jumlah daun di sebuah tanaman, membuat kakak kelas yang lain ketawa, berpose alay, berdoa, membuat dan membacakan puisi, dan masih banyak lagi hal-hal aneh, tapi untungnya masih ada juga kakak kelas yang dengan baik hati memberikan tandatangan secara gratis. Dan pada akhirnya, aku tidak berhasil mengumpulkan 60 tandatangan. Aihh pengen nangis rasanya, tapi untungnya tidak ada hukuman hehe.
Di kelas X lebih banyak cerita sedih.
Mulai dari tidak betah tinggal di asrama, muak dengan pelajaran disekolah dan
berujung minta pindah balik Jayapura tapi malu sama apa omongan orang nanti.
Berusaha mati-matian belajar demi bisa masuk IPA, supaya tidak dipindahkan ke
Jayapura adalah salah satu perjuanganku hidup disini. Tidur siang menjadi
sebuah kelangkaan karena setiap pulang sekolah selalu saja ada kegiatan entah
itu praktikum, les, maupun ekskul. Tidak punya semangat pergi kesekolah karena
tidak ada penyemangat, melihat biasanya sewaktu SMP selalu semangat sekolah
karena bakal ketemu si doi hehe, pas SMA mau ketemu doi siapa woy? Cewek semua.
Ada sih cowok, tapi guru! Yakale aku naksir guru hmm. Harus pintar-pintar bagi
waktu buat istirahat, belajar, dan main. Di SMA aku semakin kenal yang namanya
belajar. Waktu SMP sih tidak belajar saja udah dapet ranking, di SMA biarpun
belajar juga tetap aja remedi.

Adalagi satu pengalaman memalukan. Misalnya,
pertama kali belajar nyontek (loh). Jadi waktu itu ulangan biologi, namanya
biologi ya susah banget kan ya nama-nama latinnya itu. Akhirnya sekelas
kompakan nyontek haha alhasil nilai biologi kami yang biasanya jelek dan hancur
banget tiba-tiba jadi bagus semua. Bukannya senang, guru biologi kami (guru
paling killer) malah curiga dan buat ulangan ulang sewaktu pulang sekolah.
Akhirnya kami ketahuan nyontek sekelas dan kelas kami dijuluki kelas tukang
nyontek dan pada akhir semester 2 menjadi kelas dengan rata-rata nilai terendah
diantara semua kelas X. Aduhh sedih banget sih haha.

to be continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar