Jumat, 04 Juli 2014

My SHS's Stories Part I

                  Ahh tidak terasa sudah 3 tahun berlalu sejak aku pertama kali masuk sebagai murid SMA. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya aku bisa tahan selama 3 tahun sekolah jauh dari orangtua, masuk asrama, dan masuk di sekolah dengan isi segender semua. Ya, SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

            Awal aku dinyatakan lolos sebagai calon siswi baru SMA Stella Duce 2 Yogyakarta adalah saat yang paling membahagiakan dalam hidupku. Aku berpikir bahwa aku akan tinggal jauh dari orangtua di sebuah kota besar di pulau Jawa, hidup bebas, bisa jalan-jalan sepuasnya tanpa izin orangtua, bisa ketemu orang-orang baru, bisa ketemu artis, bisa nonton bioskop, dalam pemikiranku adalah aku bisa bebas bebas dan bebas. Sedih juga awalnya saat berpelukan berpisah dengan mama dibandara saat aku akan terbang menuju Yogyakarta dari kota masa kecilku, Jayapura. Aku ke Jogja diantar papa.
Awal masuk asrama dalam pikiranku ‘inilah rumah baruku’. Aku lalu diantar suster menuju unit baruku. Unit pertamaku, unit St. Elisabeth. Semuanya terasa asing, kamar dengan luas sekitar 3x6 dengan 4 tempat tidur tingkat, 4 lemari besar 5 pintu, dan 1 balkon dengan gantungan handuk dibelakang. Aihh kamar yang sangat jauh dari kamar mandi. Dalam pikiranku saat itu, bagaimana jika aku kebelet pipis tengah malam haha. Malam pertama diunit baru aku berkenalan dengan 3 teman baruku sesama kelas 10. Malam itu kami bertiga mengobrol sampai larut malam sampai kami 3 kali ditegur oleh kakak kelas yang saat itu aku tidak tau dia itu sebenarnya siapa.

Hari pertama masuk sekolah sebagai calon siswi SMA Stero, masih berpakaian biru-putih ala SMP tapi dengan sepatu baru berwarna putih. Seminggu mengalami masa orientasi peserta didik baru (MOPDIK) yang penuh duka. Kami harus membuat name tag dengan lambang tarakanita yang dibuat dengan kain percis warna biru muda-biru tua-kuning dengan ukuran yang sudah ditentukan dengan teka-teki dan setiap harinya begitu diperiksa lalu disuruh buat ulang lagi oleh kakak OSIS, aku mengulang name tag itu sampai 3 kali, lalu disuruh mencari tanda tangan kakak kelas 11 dan kakak kelas 12, lalu yang paling menarik adalah mengikuti outbond. Kami harus berjuang dalam kelompok, mengutamakan kekompakan dalam menyelesaikan permainan-permainan yang disediakan, yang paling menarik adalah harus merayap melewati lumpur yang dipenuhi oleh belut. Rangkaian MOPDIK selama seminggu itu lalu ditutup dengan makrab disekolah. Sungguh seminggu yang penuh dengan duka dan pengalaman baru haha. Tapi ternyata hari-hari kekelaman boleh saja berakhir di sekolah, tapi tidak di asrama. Masih ada lagi 3 hari masa orientasi asrama (MOA). Dengan rambut yang diikat sejumlah tanggal lahir, kami harus berjuang mencari minimal 60 tandatangan kakak kelas baik kakak kelas 11 maupun kelas 12. Banyak hal-hal aneh yang disuruh oleh kakak-kakak kelas dan mau tidak mau kami harus melakukan hal itu untuk mendapatkan tanda tangan mereka, seperti menyanyi lagu dangdut sambil menari, menghitung jumlah daun di sebuah tanaman, membuat kakak kelas yang lain ketawa, berpose alay, berdoa, membuat dan membacakan puisi, dan masih banyak lagi hal-hal aneh, tapi untungnya masih ada juga kakak kelas yang dengan baik hati memberikan tandatangan secara gratis. Dan pada akhirnya, aku tidak berhasil mengumpulkan 60 tandatangan. Aihh pengen nangis rasanya, tapi untungnya tidak ada hukuman hehe.
Di kelas X lebih banyak cerita sedih. Mulai dari tidak betah tinggal di asrama, muak dengan pelajaran disekolah dan berujung minta pindah balik Jayapura tapi malu sama apa omongan orang nanti. Berusaha mati-matian belajar demi bisa masuk IPA, supaya tidak dipindahkan ke Jayapura adalah salah satu perjuanganku hidup disini. Tidur siang menjadi sebuah kelangkaan karena setiap pulang sekolah selalu saja ada kegiatan entah itu praktikum, les, maupun ekskul. Tidak punya semangat pergi kesekolah karena tidak ada penyemangat, melihat biasanya sewaktu SMP selalu semangat sekolah karena bakal ketemu si doi hehe, pas SMA mau ketemu doi siapa woy? Cewek semua. Ada sih cowok, tapi guru! Yakale aku naksir guru hmm. Harus pintar-pintar bagi waktu buat istirahat, belajar, dan main. Di SMA aku semakin kenal yang namanya belajar. Waktu SMP sih tidak belajar saja udah dapet ranking, di SMA biarpun belajar juga tetap aja remedi.
Tapi banyak juga pengalaman mengasyikkan sekaligus memalukan. Pertama kali ngerayain ulang tahun tanpa orangtua di asrama, mungkin jadi pengalaman seru juga. Apalagi diawali dengan dikerjain terlebih dahulu. Saat itu aku dicuekin sama anak-anak satu unit, aku kemudian disuruh mencari 15 barangku yang disembunyikan oleh mereka. Aku harus nyari semua barang itu selama 1 jam dari jam 8 malam sampai jam 9 malam di seluruh anak asrama. Ya ampun rasanya aku pengen nangis setelah satu jam aku mutar-mutar asrama nanya semua anak asrama dan aku cuma berhasil dapat 7 barangku. Aku lalu dimarahin habis-habisan sama kakak unitku yang kelas XII, lalu bantalku dilemparkan ke aku dan aku disuruh tidur di balkon. Entah kenapa aku merasa bahwa mereka semua serius memarahiku dan tidak ada hubungannya sama ulangtahunku. Lalu ketika aku membuka pintu balkon, ternyata dibalkon sudah ada kakak apartemenku yang memegang kue ulangtahun beserta lilin yang menyala dan satu lagi kakak unitku yang memegang kado besar dengan bungkus pink, saat itu juga mereka menyanyikanku lagu happy birthday. Aku cuma bisa nangis ngeliat sebegitu niatnya mereka memberikan surprise untukku. Baru pertama kali aku diberi kue ulangtahun dengan cara sesadis ini. Tapi sangat unforgettable. Kue ulangtahun rasa coklat dengan kado boneka monyet berkepala besar yang kunamai odothe menjadi hadiah ulangtahunku yang ke 15 dari unit pertamaku diasrama ini.
Adalagi satu pengalaman memalukan. Misalnya, pertama kali belajar nyontek (loh). Jadi waktu itu ulangan biologi, namanya biologi ya susah banget kan ya nama-nama latinnya itu. Akhirnya sekelas kompakan nyontek haha alhasil nilai biologi kami yang biasanya jelek dan hancur banget tiba-tiba jadi bagus semua. Bukannya senang, guru biologi kami (guru paling killer) malah curiga dan buat ulangan ulang sewaktu pulang sekolah. Akhirnya kami ketahuan nyontek sekelas dan kelas kami dijuluki kelas tukang nyontek dan pada akhir semester 2 menjadi kelas dengan rata-rata nilai terendah diantara semua kelas X. Aduhh sedih banget sih haha.
Akhirnya dengan penuh air mata perjuangan dikelas X, aku berhasil naik ke kelas 11 dengan prestasi lumayan baik dan menduduki rangking 4. Yihaaa...

to be continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar