Rabu, 09 Juli 2014

I Hate Being Like This!


All I hear is raindrops
Falling on the rooftop
Oh baby tell me why’d you have to go
Cause this pain I feel
It won’t go away
And today I’m officially missing you

Oh can’t nobody do it like you
Said every little thing you do
Hey baby say it stays on my mind
And I’m officially missing you

Well I thought I could just get over you baby
But I see that’s something I just can’t do
from the way you would hold me
To the sweetest thing you told me
I just can’t find a way
To let go of you

Itu hanya sepenggal-penggal lirik lagu dari Tamia yang berjudul Officially Missing You. Maafkan aku karena malam ini aku kembali dalam keadaan galau. Dan entah mengapa lagu ini tiba-tiba menjadi sangat ‘ngejleb’ ketika kudengar. Sesungguhnya I really hate being like this!

Sudah satu minggu berlalu, tapi masih tergambar jelas sakitnya. Aihh it look so lebay. But I still can’t handle it. Saat aku merasakan hal ini biasanya hanya satu temanku yang bisa aku jadikan tempat sampah. Tapi terkadang juga ada kata-kata yang tak dapat terucapkan begitu saja dan akhirnya hanya bisa terpendam, dan tersiksa sendiri. Lagi, I hate being like this! Kenapa? Karena aku terlalu susah untuk bisa benar-benar mencintai seseorang, aku merasa bahwa bagaimana bisa aku dengan cepat melupakan seseorang yang kenyataannya sangat sulit juga benar-benar masuk dalam kehidupanku. Maka maafkan aku jika aku terkadang menyampahi media sosial dengan beragam kata-kata galau yang terkesan sangat childish. Sudah berapa kali aku diperingatkan untuk tetap tegar dan tidak memperlihatkan kegalauanku di media sosial karena terkadang hal itu hanya akan membuatnya bahagia telah membuatku terkesan ‘gagal move on’ darinya. Aku tau. Tapi aku tetap tidak bisa.
          
Ya, harusnya ini merupakan hal biasa buatku. Ini bukan pertama kali aku alami, sudah berkali-kali aku merasakan hal ini dengan orang yang sama dan kemudian mengalaminya lagi dengan sosok yang baru. Bukan hal baru tapi aku tetap tidak bisa mengatasinya. Maybe someday. Ohmywow, seriously aku harus berhenti bertingkah seperti ini.  

Ini adalah saat yang sangat kubenci! Saat aku terlalu tenggelam dalam lautan luka dalam (oke stop! Itu lagu) dia yang kugalaukan terlihat so much fun with his life, seakan semuanya baik-baik saja, seakan tak pernah terjadi apa-apa. Sangat mudah untuknya, tapi tidak untukku. Kenapa? Karena dalam hal ini aku menjadi objek (if you know what I mean). Atau mungkin dia juga merasakan tapi tak mengungkapkan, hmm mungkin aku terlalu kepedean.

Banyak hal yang membuatku selalu teringat padanya yang akhirnya membuatku menjadi wanita galau (lagi) seketika. Misalnya, saat pergi les lewat depan chacha milk tea (kemudian flashback), saat pulang les mau cari makan lalu lewat depan sekolahnya dan depan knock cafe (kemudian flashback), saat lewat asrama liat suasana depan asrama dibawah pohon noname itu dan di bawah pohon ketapang samping sekolah (kemudian flashback), saat lewat gereja (kemudian flashback), saat nonton di XXI (kemudian flashback), saat liat cowok-cewek goncengan naik motor (kemudian flashback), saat liat tiket m**its*****om (kemudian flasback), saat liat helm (kemudian flashback), saat liat blablabla. Jadi? Aku harus tinggal dirumah saja dan mengurung diri tidak kemana-mana dan menutup mata agar aku tidak lagi mengalami ‘kemudian flashback’ itu? SUCKS!

Mungkin ini hanya masalah waktu. Ada waktunya perjumpaan, ada waktunya perpisahan, ada waktunya bertahan dan memperjuangkan, ada juga waktunya melepaskan dan melupakan. Mungkin ini juga hanya masalah keikhlasan, seberapa besar aku mencoba menerima bahwa apa yang aku inginkan tak selalu menjadi apa yang aku butuhkan, bahwa kekecewaan yang terjadi sekarang hanyalah sebuah awal yang menjanjikan kebahagiaan luar biasa setelahnya, bahwa apa yang aku anggap yang terbaik belum tentu adalah yang terbaik untukku juga, bahwa apa yang tidak ditakdirkan untukku pada saatnya akan diambil kembali, bahwa ini hanyalah sebuah proses pendewasaan diri. Ada quote mengatakan bahwa pain is a part of growing up. Ada juga yang mengatakan if you brave enough to say goodbye, life will reward you with a new hello.
   
Oke. Kata-kata diatas hanyalah bukti bahwa aku sedang berusaha tegar setegar batu  karang. Bukti bahwa aku harus mulai belajar melepaskan sesuatu yang tidak dikenankan untukku. Sangatlah gampang berkata-kata, segampang mengedipkan mata, segampang membalikkan lembaran kertas saat membaca buku, segampang memasak mie instan, segampang merobek kertas tipis, segampang mendapat nilai 3 saat ulangan biologi, segampang tersenyum saat sedang selfie. Tetapi begitu sulit untuk dibarengi dengan tindakan nyata, sesulit menghafal karakter hanzi bahasa mandarin, sesulit mandi saat libur, sesulit mengerjakan soal UN kimia, sesulit berjalan dengan high heels, sesulit soal tryout matematika, sesulit melihat jauh tanpa kacamata, sesulit menentukan jurusan saat kuliah. Kalau menurutku semuanya memang harus menjadi sulit, agar aku tau bagaimana rasanya berjuang.

Dan aku rasa ini akan menjadi proses yang lumayan panjang, tidak bisa secepat yang diinginkan. Ini hati bukan kereta yang bisa melaju dengan cepat meninggalkan stasiunnya. Semoga dengan berakhirnya tulisan ini, berakhir juga kegalauanku untuk malam ini dan seterusnya. Semoga saja kata-kata (sok dewasa) diatas itu bukan hanya sekedar kata-kata mutiara kosong, tapi bisa benar-benar membuatku menjadi sekuat mutiara saat terjadi lagi kejadian ‘kemudian flashback’ diatas. Dan akan kuubah lirik lagu terakhir diatas menjadi I’m finally can find a way, to let go of you. Oke cukup absurd untuk kali ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar