How many guys do I love?
= Five. Who, What, Where, When, Why.
Who I love. Dia lelaki yang kuketahui memang banyak disukai wanita-wanita seusianya. Dia bukanlah lelaki yang ku kenal dari teman-teman sepermainanku ataupun teman sepermainannya. Kami hanya pernah satu sekolah saat SMP dan sekota saat SMA. Kami dekat begitu saja tanpa ku ketahui pasti bagaimana permulaannya. Yang ku ketahui dia mampu membuat hari-hariku yang abu-abu menjadi seketika berwarna.
What I love. Dia tipikal lelaki yang aku mau. Tingginya, wajahnya, rambutnya, senyumnya, caranya berbicara, ketawanya, suaranya. Semua yang ada padanya terasa begitu sempurna dimataku. Tapi dari semua kriteria fisiknya yang membuat mataku jatuh cinta, kepribadiannya mampu membuat hatiku jatuh cinta berkali-kali tanpa harus melihatnya.
When I love. Dia adalah lelaki yang ku kenal dari tahun 2009, tapi baru diakhir tahun 2012 dia tiba-tiba hadir menarik perhatianku. Dia perlahan-lahan masuk kehidupanku dan menggeser perhatianku yang dulu hanya untuk seseorang. Tapi apadaya hanya bisa ku mengaguminya diam-diam tanpa bisa terlontarkan. Dan seketika semua berubah menjadi indah saat awal 2015 dia datang seperti musim semi sehabis musim dingin. Menghangatkan.
Where I love. Dia jauh. Kami terpisah pulau dan negara. Terbentang samudra luas dan perbedaan waktu diantara kami. Jarak itu membuatku tidak bisa selalu berada disampingnya, begitupun dia. Tapi itu sama sekali bukan masalah bagiku. Hal itu malah menjadi penyemangatku untuk belajar. Karena aku sadar saat aku ketemu dia nanti aku harus mengabarkan kesuksesan studyku. Dia membuatku merasa jarak hanyalah masalah kecil. Dia membuatku merasakannya begitu dekat walau jarak terbentang.
Why I love. Dia yang aku tunggu. Dia good listener. Dia mampu mendengar semua ceritaku mulai dari yang paling bahagia bahkan yang menyedihkan sekalipun. Dia yang mampu menghapus airmataku. Dia yang selalu mampu menorehkan senyum dibalik semua masalahku. Dia yang mampu membuatku ringan berjalan disaat terberatku. Dia problem solver. Dia tak hanya mampu mendengar tapi juga mampu memberi masukan. Dibalik usianya yang beberapa bulan dibawahku, dia mampu menjadi kakak. Dengan sifat dewasanya, dia mampu mengerti sifat kekanak-kanakanku. Tapi bukan hanya cara dia memperlakukanku, tapi cara dia memperlakukan orang lain bahkan orang yang tidak dia kenal sekalipun. Cara dia mencintai Tuhan dan keluarganya membuatku tak ragu saat dia berkata dia juga mencintaiku. Dia bagaikan rumah untukku. Dia zona nyamanku.
Dan, kelima 'dia' yang aku maksud itu adalah kamu. Seandainya kamu membaca tulisan ini. Kamu yang sekarang jauh tapi terasa begitu dekat. Kamu yang membuatku berhenti menunggu/mencari orang lain. Kamu yang setiap hari selalu ada dalam bait doaku. Kamu yang membuatku sadar bahwa jarak dan usia hanyalah sebuah angka. Bahwa masa lalu hanyalah masa lalu dan masa depan adalah kamu.
Aku belum bisa berjanji selamanya. Aku hanya bisa berjanji selalu berusaha memperjuangkanmu sampai saat nanti Tuhan berkata "berhenti".
Guangzhou, 5 Juni 2015